Sarolangun – Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Jambi
didampingi Bawaslu dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Sarolangun berkunjung
ke Lembaga Pemasyarakatan Kelas III Sarolangun, Senin (08/10). Dalam
kunjungan tersebut dimaksudkan untuk melakukan koordinasi mengenai Pemilu 2019
mendatang.
Pada dasarnya, Tempat Pemungutan
Suara (TPS) yang berada di dalam Lapas merupakan TPS khusus. Disebut khusus
karena TPS tersebut harus mengikuti ketentuan yang berlaku di dalam Lapas,
seperti pemilih yang harus tetap berada di dalam Lapas.
Untuk Daftar Pemilih Tetap di
Lapas pun tidak dapat ditentukan secara pasti dari kejauhan hari seperti di
Desa maupun Kelurahan. Hal ini disebabkan jumlah penghuni Lapas yang dapat
berkurang maupun bertambah setiap saat. Saat ini jumlah Warga Binaan Lapas
Sarolangun sudah lebih dari 300 orang dengan pegawai Lapas berjumlah 53 orang.
Permasalahan lain yang terjadi di
dalam Lapas adalah banyaknya Warga Binaan yang tidak memiliki dokumen
kependudukan. Ada juga beberapa Warga Binaan yang berasal dari luar daerah,
seperti dari Sumatera Selatan, Aceh, Jawa dan daerah lainnya.
Pada kesempatan ini Kepala Lembaga
Pemasyarakatan Kelas III Sarolangun, Irwan, A.Md.I.P., S.H., M.H. memanfaatkan
moment tersebut untuk menyampaikan pendapatnya. Kalapas berpendapat bahwa kalau
bisa dipermudah mengapa dipersulit. Dalam hal ini, Warga Binaan juga memiliki
hak untuk memilih.
“Kalau yang nggak punya e-KTP
nggak bisa milih, hitung aja ada berapa banyak hak suara yang terbuang nanti. Banyak
WBP kita yang nggak punya e-KTP, ada yang belum rekam, ada yang belum jadi, ada
juga yang hilang. Kalau proses bikinnya mudah, bisa langsung cetak e-KTPnya,
nggak ribet, ya silahkan. Tapi kalau bisa dipermudah kenapa dipersulit?”
Kalapas juga berpesan kepada
seluruh pegawai Lapas agar tidak terlibat dalam Politik praktis untuk
memenangkan salah satu calon. Kalapas menghimbau untuk menjaga netralitas Aparatur
Negara dalam Pemilu nanti.
“Jangan sampai cuma karena
beberapa rupiah aja nanti kalian jadi juru kampanye di dalam ya! Tolong
kondisikan 150 suara buat saya nanti saya kasih lima juta, misalnya. Jangan!
Biar mereka memilih dan menilai sendiri siapa calon yang pantas.”